Selasa, 12 Februari 2019

Kalau ditanya ingin jadi seperti siapa

Jika aku ditanya ingin jadi seperti siapa beberapa tahun kemudian, jawabku hanya 2, seperti Mama dan Ayah.

Mau jadi wanita seperti siapa sih di 5 tahun kedepan?

Mama.
Mamaku seorang guru di Sekolah Luar Biasa, berangkat kerja jam 6 pagi dan pulang pukul 4 sore. Sebelum berangkat, mama selalu membuat masakan dan tidak pernah lupa mengantar adikku ke sekolahnya. Mama juga menjadi Instruktur Nasional sekaligus Narasumber Internasional di Pendidikan Luar Biasa Kementerian Pendidikan dan Budaya.Dulu mama juga menjadi salah satu dosen di universitas swasta di daerah rumahku, tapi beliau memutuskan untuk berhenti karena suatu hal.  Hebat kan? Dari sekian ribu guru, mama termasuk 100 orang paling berpengaruh di Pendidikan Luar Biasa. Mama juga didapuk menjadi penulis buku pelajaran untuk anak berkebutuhan khusus. Meskipun kesibukan mama tidak bisa diganggu, tapi aku dan adikku selalu merasa bahwa Mama ada disetiap langkah hidup kita. Mama juga tidak pernah berhenti belajar dan membagikan ilmunya kepada semua orang, meskipun sudah memasuki kepala empat, mama selalu senang dengan hal-hal baru yang hadir di hidupnya. Mama juga pandai dalam segala hal di urusan rumah tangga, menjahit jago, memasak selalu enak, membuat kerajinan untuk tugas sekolah pun ide-ide mama selalu cemerlang. Dan untuk beberapa tahun kedepan, Mama adalah pandangan hidupku.

Berarti sering banget dong ditinggal Mama?

Sering, tapi aku dan adikku tidak pernah kekurangan kasih sayang. Ketika pulang mama selalu bercerita dan membuat kami merasa bahwa Mama selalu berada di samping kami meskipun beliau sedang dinas keluar kota. Untuk pekerjaan rumah, kami sedari kecil sudah belajar untuk mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, tanpa pembantu, jadi ketika Mama sedang ada tugas, rumah tetap bersih dan makanan pun selalu tersedia. Mama juga selalu percaya bahwa kami anak-anaknya tidak pernah melanggar peraturan yang telah kami sepakati sebelumnya, jadi meskipun tidak ada Mama di rumah, kami selalu pulang tepat waktu dan tidak melanggar peraturan yang telah dibuat.

Waktu ngerantau udah biasa dong berarti jauh dari orang tua?

Kalau dibilang biasa sih nggak juga, karena orang tua kami dinas di luar kota hanya 1 sampai 2 minggu saja, jadi hanya rentang waktu itu kami di rumah tanpa orang tua. Tapi beda untuk merantau, aku harus tinggal jauh dari orang tua dengan rentang waktu yang lama dan lingkungan dan berbeda. Untuk mengatasinya? Setiap hari ku sempatkan untuk sekadar telfon atau video call dengan mereka, meskipun hanya beberapa menit sudah membuat rinduku sedikit terobati. Banyak dari temanku selalu bertanya "ngapain sih telfon mama terus, udah besar kali" , tapi menurutku dewasa dan tidak menghubungi orangtua itu tidak berhubungan. Karena mau se dewasa apapun kita, orang tua adalah rumah terakhir dari segala masalah di kehidupan. 

Kenapa juga ingin jadi seperti Ayah?

Kalau boleh meminta kepada Tuhan, pasti aku akan minta punya seorang suami yang kepribadiannya seperti ayahku. 
Ayahku seorang pegawai negeri struktural di Universitas Negeri Malang. Ayah berangkat pukul 6 dan pulang ke rumah pukul 5. Dengan sepeda motor bututnya beliau selalu pulang dengan buah tangan dari berbagai macam restoran di Malang. Meskipun segala hal dari Mama jauh lebih tinggi daripada Ayah, tapi Ayahku tidak pernah melarang Mama untuk melakukan segala sesuatu. Beliau selalu mendukung dan tidak jarang memberi saran terbaik untuk Mama. Jadi aku sedikit heran dengan statement kebanyakan lelaki, " jangan sekolah tinggi- tinggi mbak, nanti nggak ada cowok yang mau deketin" , masalah dekat atau nggak juga bukan urusan pendidikan. Mama sekolah tinggi bukan untuk terlihat pintar atau sombong di mata Ayah, dan Ayah pun tidak pernah berpandangan seperti itu. Istrinya sekolah tinggi bukan untuk dirinya, melainkan untuk mendidik anak dan muridnya. Jika masalah gengsi karena finansial wanita nya lebih tinggi dari suami, kenapa harus gengsi? Toh berumah tangga juga butuh dukungan finansial dari kedua pihak, bukan hanya lelaki yang dicap sebagai pencari nafkah. 

Dari mereka aku belajar, bahwa derajat semua manusia itu sama, tidak ada perbedaan baik dari wanita ataupun pria. Dari mereka aku juga belajar, mau sejauh apapun aku pergi untuk mencari sesuatu, mereka lah tempat persinggahan terakhirku dari seluruh rumitnya perjalanan hidup. 
Sehat terus ya Ma, Yah. Semoga kami selalu menjadi bintang terakhir di kehidupan kalian. 
 

Safira Nurdianah Ramadhani Template by Ipietoon Cute Blog Design