Sabtu, 23 Maret 2019

Yang Nurut sama Orang Tua

Kemarin setelah pengumuman SNMPTN, banyak dari adik-adik kelas SMA langsung menyerbu sosial mediaku, yang rata-rata isinya " Mbak, ternyata di tolak snmptn lebih sakit daripada putus cinta". Halah, batinku.Setelah menanggapi semua cerita dari anak-anak yang umurnya tidak terpaut jauh dariku, memoriku langsung beralih ke setahun yang lalu. Di mana aku juga merasakan apa yang mereka rasakan.

Waktu itu setelah tryout kimia, aku langsung bergegas menuju kelas untuk melihat siapa saja 50% dari angkatanku yang dapat mengikuti pendaftaran SNMPTN 2018. Alhamdulillah ternyata masih ada namaku disana, padahal yang kurasakan ketika SMA hanya haha-hihi, dispen berkali-kali, bolos les hanya untuk melihat pertandingan basket, dan kenakalan lainnya. Lucu juga kalau di ingat-ingat. Pulang dari sekolah, langsung ku kabarkan kepada mama dan ayah bahwa aku masuk ke dalam 50% kuota pendaftar SNMPTN 2018. Akhirnya malam itu juga kami berunding mencari jurusan yang setidaknya tidak terlalu 'aneh' dan peluang kerja yang lumayan dicari oleh beberapa perusahaan. Dan pilihanku jatuh kepada Apoteker. Oke, aku harus pilih farmasi di SNMPTN-ku kali ini. Selain melihat peluang kerja, tidak lupa juga aku melihat nilai yang paling tertinggi di raporku. Ternyata kimia adalah jawabannya. Setelah menentukan jurusan, aku-pun langsung mendaftarkan diri di hari pertama pendaftaran. Sebelumnya, aku telah berkonsultasi di bimbingan belajarku untuk pemilihan jurusan, dan hasilnya kemungkinan aku bisa lolos.

Beberapa minggu berlalu, kemudian terdapat pengumuman pendaftaran di Politeknik Kesehatan Malang melalui jalur rapor, mama menyuruhku mengikuti pendaftarannya. Baiklah tidak ada salahnya untuk mencoba. Ternyata di tahap pertama aku lolos, dan harus melanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu tes verifikasi berkas dan prestasi. Dalam masa-masa tes seperti ini, dukungan dari orang tua adalah yang paling penting, sekeras apapun kalian berkeinginan, jika orang tua kalian tidak merestui, ya jangan salahkan jika warna merah di dalam pengumuman selalu menghantui kalian.

Pengumuman Poltekes tiba, dan ternyata aku lolos di Prodi D-IV Gizi dan Profesi. Wah, belum lulus tapi sudah mendapat kampus itu begini ya rasanya. Alhamdulillah yang kuucap berkali-kali, meskipun sebenarnya tujuanku bukan ke kampus ini. Satu minggu setelahnya, pengumuman SNMPTN. " Semoga lolos ya Allah biar nggak di Malang terus" ucapku berkali-kali ketika 4 jam menuju dibukanya pengumuman. Dan ternyata, warna merah muncul di pengumuman SNMPTN-ku.
" Nggak papa, bukan rejekinya disini" kata mama sambil memeluk diriku. Iya, gapapa, masih banyak pintu menuju kampus keinginanku.

Saat itu, pendaftaran PKN STAN dibuka. Wah, pintu masuk impianku telah dibuka. Aku bersama sahabatku bergegas menyiapkan berkas kesana-kemari untuk syarat pendaftaran. Pukul 7 malam hari itu, kami memutuskan untuk mendaftar bersama supaya tanggal ujian kami berbarengan. Sahabatku itu telah diterima SNMPTN Universitas Brawijaya jurusan Statistika. Ya meskipun kita sudah mendapat kampus tapi impian kan yang harus kita kejar?

Dan saat itu juga pendaftaran SBMPTN kurang 3 hari. Sebenarnya aku tak ingin mencoba jalur itu karena terlalu banyak dana yang dikeluarkan untuk daftar kesana-kemari. Tapi mama yang membuatku sadar " Terus buat apa kamu pasang logo unair dan stan di kamar kalau gagal sekali aja nyerah?". Benar juga, Airlangga dan Aliwardhana adalah kampus impianku sejak masuk SMA. Dan kuputuskan untuk mendaftar SBMPTN. Saat itu aku mengikuti bimbingan untuk kedua jalur yang berbeda itu. Satu di Malang dan satu lagi di Lawang. 30 menit yang kubutuhkan untuk pulang pergi kedua tempat itu. Dan untungnya kedua orang tuaku selalu mendukung dan membuatku untuk tidak merasa lelah. Karena di sekolah pun telah selesai melaksanakan ujian, jadi hari-hariku diisi dengan bimbingan di kedua tempat itu.

Saat ujian pun tiba, SBMPTN dulu yang dilaksanakan. Saat itu aku berangkat dan pulang sendiri. Mama dan Ayah mendapat tugas diluar kota. Sebelum masuk ruang ujian, aku selalu menyempatkan diri untuk menelfon kedua orangtuaku, meminta doa untuk segala kemudahan. Saat itu bagi angkatan kami, penilaian SBMPTN cukup membingungkan. Sehari sebelum ujian, Panitia SBM mengatakan untuk tidak mengarang jawaban meskipun tidak terdapat nilai minus jika salah. Oke aku mempercayai pernyataannya, akhirnya aku menjawab soal yang menurutku dapat kukerjakan saja, tidak semua kujawab. Setelah keluar kelas, aku membuka ponsel untuk menghubungi orang tuaku, namun berita mengejutkan hadir. Ketua Penyelenggara SBM mengatakan untuk menjawab saja semua soal yang ada. Deg. Apa-apaan berita ini. Tapi aku hanya pasrah, yasudah, ujiannya juga sudah selesai, mau bagaimana lagi? Tidak berharap lebih untuk hasil ujian SBMPTN-ku kali ini.

USM PKN STAN-pun dimulai juga, waktu itu aku mendapat jadwal ujian di hari jumat. Dan tepat juga, ayah dan mamaku sedang berada diluar kota. Berhubung terdapat himbauan untuk tidak membawa kendaraan, maka aku memutuskan untuk naik angkutan umum. Melihat semua peserta rata-rata diantar dan ditemani orang tua mereka membuatku sedikit sedih, tapi tak apalah toh ayah dan mamaku juga mendoakan dari tempatnya. Seperti biasa, sebelum masuk ruangan aku menelfon kedua orang tuaku, dan kali ini entah kenapa air mata mengucur begitu deras ketika meminta restu mereka. Semoga, apa yang mereka semogakan bisa terwujud kali ini. Dan ketika ujian dimulai rasanya detak jantungku berada di ambang tertinggi waktu itu. Alhamdulillah, seluruh ujian telah selesai. Saatnya beristirahat dan biarkan Tuhan yang menjalankan sisanya.

Dan saat itu pengumuman SBMPTN-lah yang pertama kali muncul. Sambil berdoa aku pun pasrah atas apapun hasil yang akan kuterima. Dan Alhamdulillah untuk kesekian kalinya, aku diterima di kampus impianku dengan jurusan yang kuinginkan. Pendidikan Apoteker di Universitas Airlangga. Saat mengetahui pengumuman tersebut seketika itu, mamaku menangis. "Ya Allah gini ya rasanya bisa bahagiain orang tua."batinku. Akhirnya hari-hariku dipenuhi kesibukan untuk daftar ulang. Aku menginap di rumah budeku di Surabaya selama beberapa minggu untuk mengurus seluruh keperluan di kampus. Karena bude dan pakdeku bekerja, aku sering berada di rumah sendiri. Mencuci, menyapu dan membersihkan rumah sudah biasa bagiku, dan saat itu aku telah nyaman untuk tinggal di Surabaya. Jas Almamater dan jadwal ospek telah ku terima. Setelah menyelesaikan daftar ulang, aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Dan menanti satu pengumuman lagi.

Tiba saatnya pengumuman PKN STAN, ternyata lebih cepat dari yang dijadwalkan oleh panitia. Pagi hari ketika membuka ponsel aku dikejutkan oleh beberapa pesan yang berisi " Selamaaat, u did it!  u deserve this!" disertai namaku yang lolos di Prodi Diploma 1 Kebendaharaan Negara. Allah, tak henti hentinya aku mengucap shalawat. Masuk di dua kampus impianku, lolos di kampus keinginan mama dan ayah.

Bukan, bukan maksudku untuk menyombongkan diri atas apa yang kudapatkan di tahun lalu. Aku hanya ingin berbagi, bahwa sebenarnya rezeki kalian itu berbeda-beda. Gagal di satu tempat tidak membuat kalian gagal di tempat lainnya. Terus berusaha, terus meminta restu orang tua. Karena keberuntungan yang kalian dapat sebenarnya seratus persen ialah doa dari kedua orang tua kalian. Pesanku untuk adik-adik yang gagal di satu pintu, yang nurut sama orang tua, buat mereka menjadi seseorang yang paling ingin kalian banggakan, jangan pernah membantah apalagi sampai membentak kedua orang tua, karena masya Allah, doa orang tua lah yang membuat kalian beruntung di kehidupan. Sekali lagi, yang nurut sama orang tua.
 

Safira Nurdianah Ramadhani Template by Ipietoon Cute Blog Design